Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Sayyid Ali Khamenei mengatakan, Muslim Syiah dan Sunni di Iran saling bergandengan tangan baik suka mau pun duka di Iran.
Ayatollah Sayyid Ali Khamenei mengatakan Amerika Serikat (AS) sedang melakukan tekanan ekonomi terhadap Iran untuk menabur perpecahan di antara bangsa dan pemerintah, tetapi upaya tersebut akan sia-sia.
Penyitaan kapal itu terjadi atas permintaan Amerika Serikat (AS), yang mengingkan ekspor minyak Iran ke tingkat "nol" sebagai bagian dari sanksi terhadap Republik Islam.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk eksekusi dan menuduh pasukan keamanan Bahrain menggunakan tindakan penyiksaan untuk memaksa dua pemuda itu mengaku pada sesuatu yang mereka tidak dilakukan.
Walaupun Iran tidak merasa malu dalam mempelajari ilmu-ilmu baru dari yang lain, ia tidak ingin universitas-universitasnya meniru sistem pendidikan Amerika Serikat (AS) dan meniru budaya Barat yang salah.
Pada April 2015, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengajukan rencana perdamaian empat poin untuk Yaman ke PBB dalam upaya untuk mengakhiri pertumpahan darah di negara Arab.
AS dan dinas intelijen Barat, yang dibiayai negara-negara reaksioner tertentu di kawasan itu, berada di balik insiden semacam itu.
Kematian Soleimani tidak akan menghentikan misinya, justru para penjahat yang memiliki "darah" Soleimani dan para martir lainnya yang tewas dalam serangan tersebut akan memberikan pembalasan yang mengerikan.
Iran sangat siap menghadapi kekuatan intimidasi global. Menurutnya, sangat salah jika ada yang berpikir Negeri Para Mullah akan mundur dari agresi musuh.